:::----Assalaamu'alaikum----::::Selamat Datang Di Ki Ageng Ganjur:::---- Musik Religi Akulturatif Ki Ageng Ganjur: PERTOLONGAN TUHAN DI TENGAH KETIDAKBERDAYAAN PERTOLONGAN TUHAN DI TENGAH KETIDAKBERDAYAAN | Musik Religi Akulturatif Ki Ageng Ganjur

Monday, April 22, 2013

PERTOLONGAN TUHAN DI TENGAH KETIDAKBERDAYAAN


Group Ki Ageng Ganjur diundang pentas di Balai Kartini Jakarta pada hari Sabtu 20 April 2013 dalam rangka Ulang Tahun ke-79 GP Ansor yang menurut rencana acara akan dimulai pukul 19.30 Wib dengan manual acara diantaranya adalah Rampag Bedug, Tadarus Puisi yang antara lain menampilkan Gus Mus, KH Zawawi Imron serta Monolog dari Butet Kertarajasa serta Syair-Syair Zikir dan Sholawat dari Ki Ageng Ganjur.

Dengan mempertimbangkan bahwa perjalanan dari Yogya-Jakarta biasanya ditempuh sekitar  15 jam atau lebih, maka kita memutuskan untuk berangkat Jumat 19 April 2013 sore sekitar jam 17.00 dengan perkiraan akan tiba di lokasi sekitar jam 08.00 Wib pada hari Sabtunya atau jikapun harus terlambat sedikit mungkin sekitar jam 10.00 sudah sampai di Balai Kartini sehingga rencana loading dan setting alat bisa selesai sekitar jam 12.00 Wib dan latihan serta Gladi Bersih bisa dimulai setelah itu hingga sore hari, sebelum malamnya dilaksanakan acara.

Namun apa hendak dikata, manusia cuma bisa berencana sementara segala sesuatunya Allah Swt. lah yang menentukan. Beberapa kilometer setelah Nagreg, kita beristirahat sebentar untuk Shalat Subuh, kemudian melanjutkan perjalanan dengan perkiraan sekitar 10km lagi akan masuk Tol Ciluenyi sehingga diperkirakan sekitar 09.00 atau jam 10.00 bisa sampai di Balai Kartini. Baru melanjutkan perjalanan beberapa kilometer, bus yang kita tumpangi terjebak dalam kondisi kemacetan yang parah, hampir total di depan kita, sementara dari belakang, arus kendaraan lain terus merapat dan semakin memperpanjang antrian kemacetan. Setelah bertanya sana-sini mengenai siatuasi yang terjadi, diperoleh kabar bahwa penyebab utama kemacetan adalah banjir yang melanda daerah Rancaekek,Garut yang berjarak sekitar 4km-an dari tol Cileunyi. Pada saat itu jam sudah menunjukkan pukul 07.00 Wib.

Sambil terus berupaya memperoleh informasi tentang kondisi terakhir banjir, apakah bisa dilalui atau memang lumpuh total, diperoleh kabar daerah titik banjir bisa dilalui tetapi harus antri dan bisa dilalui 2 kendaraan secara pelan karena kedalamannya dan kondisi jalan yang rusak parah, sementara antrian kendaraan dari titik banjir ke posisi bus kita sekitar 5-7 km. Berbagai alternatif coba kita tanyakan kemungkinannya kepada masyarakat sekitar, jalur mana yang bisa digunakan sebagai alternatif menuju Bandung atau Jakarta. Disaat yang bersamaan kita juga memberitahu kondisi kita kepada panitia pelaksana acara di Balai Kartini serta kepada pimpinan kita yang ada di Jakarta.

Dua jam setelah kemacetan, bus kita baru bergerak maju sekitar 500m, sementara kemacetan semakin panjang ke belakang dan tidak ada alternatif untuk berbalik arah karena tidak ada lokasi yang memungkinkan untuk putar arah. Dari informasi yang diperoleh dari penduduk lokal serta petugas DLLAJR yang memantau daerah kemacetan, ada 2 alternatif lain, 500m di depan kita ada jalur alternatif lewat Majalengka, tetapi menurut informasi jalur itupun juga banjirnya lebih parah. Jalur alternatif kedua, lewat jalur Sumedang, tetapi persoalannya, jalur tersebut masih beberapa kilometer lagi di depan sementara kemacetan hampir total, bergerak 100-200m kemudian berhenti lagi beberapa lama, begitu seterusnya.

Kecemasan mulai melanda ketika waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih, sementara belum ada tanda-tanda pergerakan yang berarti dari kemacetan. Pukul 11, pukul 12, kepanikan semakin menjadi dan penanggung jawab acara di Balai Kartini seakan sudah pasrah akan kemungkinan terburuk yang membuat pimpinan kita stress dan hampir putus asa karena kemungkinan tidak bisa memenuhi kewajiban untuk menghadirkan Ki Ageng Ganjur dalam acara tersebut.. Sementara kita yang berada di tengah kemacetan pun cuma bisa pasrah setelah dikomplain dan di”marahi” akibat kondisi ini. Kita cuma bisa menjelaskan bahwa kita sudah berusaha semampu kita tetapi yang namanya musibah dan bencana bukan kita yang mengaturnya dan pada akhirnya kita tidak bisa menolak kehendak Yang Kuasa, yang kita minta sekarang hanyalah bantuan doa dari pimpinan kita dan mereka yang berkepentingan dengan acara ini dan tentunya juga doa dari kita yang mengalami musibah ini. Itulah satu-satunya cara yang tersisa ditengah ketidakmampuan dan ketidakberdayaan kita sebagai manusia. Karena secara logika, sejak jam 7 hingga jam 12, sudah sekitar 5 jam, jangankan lolos dari kemacetan, mendekati pusat atau titik lokasi banjir saja belum, berapa lama lagi waktu yang dibutuhkan, sementara perjalanan dari lokasi itu seandainya normal sekalipun masih membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam untuk sampai ke Jakarta.

Di tengah kepasrahan dan ketidakberdayaan selain memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa, sekitar pukul 13.30, antrian kendaraan sedikit demi sedikit mulai bergerak, berhenti, bergerak lagi kemudian berhenti, tetapi frekuensi geraknya lebih cepat dari sebelumnya. Sekitar pukul 14.00 kita hampir sampai di persimpangan jalur alternatif ke Sumedang. Sempat terbersit kebimbangan, apakah akan berbelok arah ke Sumedang yang berarti akan memutar dan menempuh jalur bebas banjir tapi perkiraan butuh waktu sekitar 2-3 jam untuk sampai masuk ke tol, ataukah tetap melanjutkan perjalanan melalui jalur banjir ini yang masih macet tetapi sudah mulai bergerak dan jarak dari titik banjir tinggal sekitar 2 km lagi dan setelah itu pintu tol ‘cuma’ berjarak sekitar 4 km lagi. Dengan bacaan Al-Fatehah dan doa seakan tak berhenti terucap di mulut, dengan segala kepasrahan dan keyakinan, diputuskan untuk tetap meneruskan di jalur banjir ini dengan segala resiko yang akan dihadapi, jalur alternatif segera kita abaikan.

Kendaraan bergerak secara pelan, berhenti, maju lagi, berhenti lagi, begitu seterusnya hingga sampai ke titik lokasi banjir, berjalan pelan melewati lokasi banjir, kemudian pada pukul 15.10 wib, lokasi banjir terlewati,.berarti masih ada waktu 4 jam 20 menit sebelum acara dimulai, dan waktu itulah yang harus dipergunakan untuk menempuh Tol Bandung-Jakarta sampai Balai Kartini serta harus loading dan setting alat sebelum acara dimulai. Mepet Banget.....!!! Kabar segera kita sampaikan pada pimpinan kita serta panitia bahwa kita sudah terlepas dari kemacetan banjir dan sekarang sedang bergerak menuju lokasi mohon bantuan doa lagi supaya lancar dan masih diberi kesempatan untuk memenuhi kewajiban berpartisipasi dalam acara ultah Ansor tersebut.

Mulut seakan tak berhenti berdoa, sementara mata seakan tak pernah lepas dari pandangan ke kondisi jalan dan arus lalu lintas serta selalu memperhatikan jam secara berkala. Dari tol Bandung, masuk tol Cikampek, kemudian masuk Tol Dalam Kota, keluar Semanggi jam sudah menunjukkan pukul 18.30 Wib., tinggal satu jam lagi, berapa lama waktu dari Semanggi menuju Balai Kartini di tengah kepadatan ibukota? Masih sempatkah loading dan setting alat??Masih adakah waktu untuk check sound ??? Ah.....yang penting segera sampai dulu ke lokasi.

Sampai lokasi, segera bongkar peralatan, setting, masih ada keringanan dari panitia, acara diundur sedikit biar sempat check sound 2 lagu, Alhamdulillah.......Jam 20.00 mulai performance.....Jam 23.00 Acara yang juga dihadiri dan dimeriahkan Performance Dr. Mahfud MD dan Pak Menteri Gita Wiryawan itupun selesai......Selamat Ulang Tahun ke-79 GP Ansor !!! Terima kasih Tuhan.....Engkau masih mau mendengar dan mangabulkan doa kami.....!!! Engkau Maha Tahu....Maha Berkehendak dan Maha Segalanya.....!!!