:::----Assalaamu'alaikum----::::Selamat Datang Di Ki Ageng Ganjur:::---- Musik Religi Akulturatif Ki Ageng Ganjur: Perjalanan dari J.S. Bach sampai Bond (Sumber : Tempo, 11 April 2004) Perjalanan dari J.S. Bach sampai Bond (Sumber : Tempo, 11 April 2004) | Musik Religi Akulturatif Ki Ageng Ganjur

Saturday, April 6, 2013

Perjalanan dari J.S. Bach sampai Bond (Sumber : Tempo, 11 April 2004)


Dalam mitologi Yunani Kuno, musik dianggap bunyian yang diciptakan dewa-dewi, atau dewa setengah manusia seperti Apollo, Amphion dan Orpheus, yang hanya dimainkan untuk ritual keagamaan. Tidak sembarang orang boleh memetik lyra, sejenis harpa kecil dengan lima sampai tujuh senar. Begitu juga soal meniup instrumen aulos, alat tiup yang terbuat dari dua pipa. Pemain musik harus tunduk pada tata-krama dan etika bermusik agar kekuasaan ajaib di dalamnya justru mampu menyempurnakan manusia.
Tuntutan patuh pada etika terus berlaku kala musik berkembang sebagai ritual keagamaan gereja dan hiburan para raja di Eropa seperti Prancis, Jerman dan Inggris. Sejak masa Renaisans dan berlanjut pada masa barok, klasik sampai romantik, aturan tadi masih dipegang kuat. Namun letupan kecil berupa “pemberontakan” cara manggung mulai muncul seiring dengan perubahan dunia yang cepat seiring dengan gaya bermusik dan teknik bermain yang terus berkembang.
Memang, si jenius J.S. Bach dan W.A. Mozart tetap bertuksedo saat memainkan komposisi mereka. Juga Igor Stravinsky yang inovatif dan Tchaikovsky yang dating pada awal dan paruh abad ke-20. Karya mereka mempesona generasi penerusnya, namun tidak dengan cara bermain dan berbusana. Terakhir, Bond, yang memainkan 1812 karya Tchaikovsky, lebih asyik tampil dengan pusar terbuka, Vanessa Mae dengan busana tank top-nya yang seksi. Mereka adalah sebuah titik –mungkin lebih tepat—sebuah gejala cultural dalam perjalanan musik Barat, dalam perjalanannya yang panjang.

Johann Sebastian Bach (1685-1750)
Komponis kelahiran kota Eisenach, Jerman, 21 Maret 1685 ini merupakan satu dari 80 pemusik bernama Bach yang paling sukses dan hidup pada pertengahan abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-19. Semasa hidupnya, J.S Bach lebih dikenal sebagai pemain organ. Karya J.S. Bach dianggap tidak bersifat natural karena tanpa melodi sederhana dan iringan homofonik layaknya selera komponis stile galant.
Sepanjang hidupnya, ia menciptakan musik sacral yang disebut tertinggi dalam perkembangan musik Protestan. Salah satunya kantata Christ lag in Todes-banden BWM 4, dimana semua gerakan berdasarkan melodi koral. Karya agung (Kristus berbaring dalam ikatan maut) ini satu-satunya karya berbentuk variasi atas melodi koral yang sekarang dikenal dengan “koral partita”. Keturunan keluarga Bach paling sukses ini dikenal sebagai komponis gerejawi dan pemusik istana.

George Frideric Handel (1685-1759)
Bersama J.S. Bach, George Frideric Handel disebut komponis paling agung pada akhir masa barok. Keduanya tak pernah bertemu karena Handel terjun sebagai komponis teater. Handel telah menciptakan 41 buah opera yang mengangkat cerita dari sejarah Yunani dan Romawi Kuno. Karya otarionya yang paling terkenal adalah Messiah, yang diciptakan sebagai musik hiburan rohani dan bukan musik gereja. Teks otario tentang kedatangan, kematian dan kebangkitan Yesus ini disusun dari Al-Kitab bersama Charles Jennens.

Franz Josep Haydn (1732-1809)
Haydn mulai memusatkan perhatiannya pada kuartet gesek, trio piano dan musik sejak 1795, setelah keluar dari Istana Esterhaza. Rasa kagumnya pada pergelaran Messiah ciptaan Handel meninggalkan pengaruh kuat pada proses kreatifnya. Pengaruh Handel paling tampak pada otario berjudul Die Schopfung (1798) dan Die Jahres-zeiten (1801).

Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791)
Komponis kelahiran Salzburg, Austria, 27 Januari 1756 ini punya bakat alam luar biasa. Selama berkarier sebagai komponis, Mozart menciptakan 56 karya konserto untuk suara dan orkes serta 27 lidier untuk suara dan piano. Karyanya yang dianggap sangat penting adalah simfoni, tiga diantaranya Simfoni No. 25 dalam G Minor, Simfoni No. 29 dalam A Mayor dan Simfoni No. 31 dalam D Mayor dinilai istimewa meski banyak terpengaruh simfoni karya Haydn.

Ludwig van Beethoven (1770-1827)
Karya komponis kelahiran Bonn, 15 Desember 1770 ini dianggap sebagai jembatan musik masa klasik, khususnya antara Haydn dan Mozart, serta gaya romantik yang berkembang pada abad ke-18. Karyanya berupa 32 sonata piano dianggap repertoar musik piano paling utama. Dua diantaranya dari Opus 49 yang paling mudah dimainkan. Selain itu Beethoven menciptakan sonata dari Opus 2 untuk Haydn. Setiap sonata memiliki nada dasar berbeda seperti Sonata dalam F Minor bersifat dramatis dan Sonata dalam C Mayor yang mengandung virtuositas tinggi.

Franz Schubert (1779-1828)
Franz Schubert menjadi satu-satunya komponis besar yang menyelami dua masa sekaligus, masa klasik dan romantik. Serupa dengan Beethoven, Mozart, komponis kelahiran Wina 31 Januari 1779 ini menjadi jembatan penghubung antara dua masa tadi. Namun dalam karya instrumentalnya, ia lebih condong ke bentuk klasik seperti sonata. Komposisi agung gerejawi berjudul Gretchen am Spinnrade banyak dipengaruhi drama Faust karya Goethe. Sedangkan Kuintet Gesek dalam C Mayor (D.956) merupakan musik kamar paling penting yang pernah diciptakan.

Friderik Chopin (1810-1849)
Friderik Chopin dan Franz Liszt disebut komponis dan virtuoso piano paling penting masa romantik. Pria Warsawa, Polandia ini pindah ke Paris pada September 1831 untuk mengembangkan karier. Konser umumnya setahun kemudian meraih sukses besar. Permainannya sangat halus, penuh detail dan paling cocok dimainkan sebagai musik salon. Atas jasa Liszt, Chopin berkenalan dengan penulis roman George Sand (nama aslinya Aurore Dudevant). Kencannya bersama janda dua anak itu di Pulau Majorca dekat Spanyol melahirkan Prelude Op.28, sebuah siklus lagu kecil yang paling penting dalam karyanya.

Peter Ilyich Tchaikovsky (1840-1893)
Tchaikovsky belajar musik pada Anton Rubenstein di Konservatorium St. Petersberg dan lawan Mily Balakirev, pemimpin aliran nasionalis Rusia. Oposisi Rubenstein mencerminkan oposisi Brahms kepada Franz Liszt dan Richard Wagner. Pengaruh Rubenstein sangat kuat pada musik Tchainovsky. Meski begitu, Balakirev tertarik pada bakat Tchainovsky saat bertemu pada 1867. Balakirev berhasil mendorong sikap nasionalis Tchainovsky dan terlihat dalam tiga opera buatan 1869-1870 dan Simfoni No. 2. Sedangkan pengaruh Liszt, Berlioz dan Balakirev tampak pada “overtura fantasi” berjudul “Romeo dan Juliet”.

Igor Stravinsky (1882-1971)
Igor Fyodorocivh Stravinsky merupakan komponis Rusia yang sukses di Amerika dan menjadi sosok penting dalam masa neo-klasik. Gaya neo-klasik seperti Simfoni dalam C pernah dimainkan bersama Orkes Simfoni Chicago pada musim gugur 1940. Opera terbesarnya The Rake’s Progress diselesaikan pada April 1951 setelah tiga tahun masa pembuatan. Opera berdasarkan cerita lukisan pelukis Inggris William Hogarth ini dibentuk dengan aria-aria, diiringi harsikor dan orkes, tapi tidak mengikuti tradisi opera Wagner, Verdi, Strauss, Puccini dan sahabat lamanya Claude Debussy, sosok paling penting dalam perkembangan musik impresionis dan simbolis pada awal abad ke-20.

Arnold Schoenberg (1874-1951)
Lelaki Yahudi kelahiran Bratislava, Slovakia, 13 September 1874 ini mengalami hidup getir saat Hitler menguasai Jerman. Setelah dipecat dari Akademi Kesenian Prussia, 1 Maret 1933, ia mendapat suaka politik di Amerika. Pada awal kariernya Schoenberg condong ke bentuk kromatisisme tanpa resolusi dan kontrapung yang kompleks. Namun pada awal 1990-an ia beralih ke bentuk ekspresionis dan kembali beralih ke bentuk klasik dan barok pada 1920-an. Bentuk ini yang melahirkan istilah neo-klasik Schoenberg seperti terlihat dalam Serenade untuk Tujuh Instrumen Op.24.

Bond, Vanessa Mae, Hilary Hahn (pertengahan 1990-an)
Mereka bukan komponis, tapi anak-anak muda jebolan sekolah musik yang menawarkan gejala baru memanggungkan musik klasik. Bond terdiri dari Haylie Ecker, Eos Chater, Tania Davis dan Gay-Yee Westerhoff, yang berdiri pada Agustus 2000. Mereka memainkan alat gesek, baik yang elektrik maupun akustik, dalam suasana ceria dan memadukan instrumen klasik dengan gaya pop. Komposisi klasik 1812 karya Tchaikovsky dan Viva! Karya Vivaldi ditampilkan dalam nuansa pop kental. Begitu pula Vanessa Mae, violis yang memasukkan Toccata dan Fugue in D Minor karya J.S. Bach dalam album The Violin Player (1995).