Dalam mitologi Yunani Kuno, musik dianggap bunyian yang diciptakan
dewa-dewi, atau dewa setengah manusia seperti Apollo, Amphion dan Orpheus, yang
hanya dimainkan untuk ritual keagamaan. Tidak sembarang orang boleh memetik lyra,
sejenis harpa kecil dengan lima sampai tujuh senar. Begitu juga soal meniup
instrumen aulos, alat tiup yang terbuat dari dua pipa. Pemain musik
harus tunduk pada tata-krama dan etika bermusik agar kekuasaan ajaib di dalamnya
justru mampu menyempurnakan manusia.
Tuntutan patuh pada etika terus berlaku kala musik berkembang
sebagai ritual keagamaan gereja dan hiburan para raja di Eropa seperti Prancis,
Jerman dan Inggris. Sejak masa Renaisans dan berlanjut pada masa barok, klasik
sampai romantik, aturan tadi masih dipegang kuat. Namun letupan kecil berupa
“pemberontakan” cara manggung mulai muncul seiring dengan perubahan dunia yang
cepat seiring dengan gaya bermusik dan teknik bermain yang terus berkembang.
Memang, si jenius J.S. Bach dan W.A. Mozart tetap bertuksedo saat
memainkan komposisi mereka. Juga Igor Stravinsky yang inovatif dan Tchaikovsky
yang dating pada awal dan paruh abad ke-20. Karya mereka mempesona generasi
penerusnya, namun tidak dengan cara bermain dan berbusana. Terakhir, Bond, yang
memainkan 1812 karya Tchaikovsky, lebih asyik tampil dengan pusar terbuka,
Vanessa Mae dengan busana tank top-nya yang seksi. Mereka adalah sebuah
titik –mungkin lebih tepat—sebuah gejala cultural dalam perjalanan musik Barat,
dalam perjalanannya yang panjang.
Johann Sebastian Bach (1685-1750)
Komponis kelahiran kota Eisenach, Jerman, 21 Maret 1685 ini
merupakan satu dari 80 pemusik bernama Bach yang paling sukses dan hidup pada
pertengahan abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-19. Semasa hidupnya, J.S Bach
lebih dikenal sebagai pemain organ. Karya J.S. Bach dianggap tidak bersifat
natural karena tanpa melodi sederhana dan iringan homofonik layaknya selera
komponis stile galant.
Sepanjang hidupnya, ia menciptakan musik sacral yang disebut
tertinggi dalam perkembangan musik Protestan. Salah satunya kantata Christ
lag in Todes-banden BWM 4, dimana semua gerakan berdasarkan melodi koral.
Karya agung (Kristus berbaring dalam ikatan maut) ini satu-satunya karya
berbentuk variasi atas melodi koral yang sekarang dikenal dengan “koral
partita”. Keturunan keluarga Bach paling sukses ini dikenal sebagai komponis
gerejawi dan pemusik istana.
George Frideric Handel (1685-1759)
Bersama J.S. Bach, George Frideric Handel disebut komponis paling agung
pada akhir masa barok. Keduanya tak pernah bertemu karena Handel terjun sebagai
komponis teater. Handel telah menciptakan 41 buah opera yang mengangkat cerita
dari sejarah Yunani dan Romawi Kuno. Karya otarionya yang paling terkenal
adalah Messiah, yang diciptakan sebagai musik hiburan rohani dan bukan
musik gereja. Teks otario tentang kedatangan, kematian dan kebangkitan Yesus
ini disusun dari Al-Kitab bersama Charles Jennens.
Franz Josep Haydn (1732-1809)
Haydn mulai memusatkan perhatiannya pada kuartet gesek, trio piano
dan musik sejak 1795, setelah keluar dari Istana Esterhaza. Rasa kagumnya
pada pergelaran Messiah ciptaan Handel meninggalkan pengaruh kuat pada
proses kreatifnya. Pengaruh Handel paling tampak pada otario berjudul Die
Schopfung (1798) dan Die Jahres-zeiten (1801).
Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791)
Komponis kelahiran Salzburg, Austria, 27 Januari 1756 ini punya
bakat alam luar biasa. Selama berkarier sebagai komponis, Mozart menciptakan 56
karya konserto untuk suara dan orkes serta 27 lidier untuk suara dan
piano. Karyanya yang dianggap sangat penting adalah simfoni, tiga diantaranya Simfoni
No. 25 dalam G Minor, Simfoni No. 29 dalam A Mayor dan Simfoni No. 31
dalam D Mayor dinilai istimewa meski banyak terpengaruh simfoni karya
Haydn.
Ludwig van Beethoven (1770-1827)
Karya komponis kelahiran Bonn, 15 Desember 1770 ini dianggap sebagai
jembatan musik masa klasik, khususnya antara Haydn dan Mozart, serta gaya
romantik yang berkembang pada abad ke-18. Karyanya berupa 32 sonata piano dianggap
repertoar musik piano paling utama. Dua diantaranya dari Opus 49 yang
paling mudah dimainkan. Selain itu Beethoven menciptakan sonata dari Opus 2 untuk
Haydn. Setiap sonata memiliki nada dasar berbeda seperti Sonata dalam F
Minor bersifat dramatis dan Sonata dalam C Mayor yang mengandung
virtuositas tinggi.
Franz Schubert (1779-1828)
Franz Schubert menjadi satu-satunya komponis besar yang menyelami
dua masa sekaligus, masa klasik dan romantik. Serupa dengan Beethoven, Mozart,
komponis kelahiran Wina 31 Januari 1779 ini menjadi jembatan penghubung antara
dua masa tadi. Namun dalam karya instrumentalnya, ia lebih condong ke bentuk
klasik seperti sonata. Komposisi agung gerejawi berjudul Gretchen am
Spinnrade banyak dipengaruhi drama Faust karya Goethe. Sedangkan Kuintet
Gesek dalam C Mayor (D.956) merupakan musik kamar paling penting yang
pernah diciptakan.
Friderik Chopin (1810-1849)
Friderik Chopin dan Franz Liszt disebut komponis dan virtuoso piano
paling penting masa romantik. Pria Warsawa, Polandia ini pindah ke Paris pada
September 1831 untuk mengembangkan karier. Konser umumnya setahun kemudian
meraih sukses besar. Permainannya sangat halus, penuh detail dan paling cocok
dimainkan sebagai musik salon. Atas jasa Liszt, Chopin berkenalan dengan penulis
roman George Sand (nama aslinya Aurore Dudevant). Kencannya bersama janda dua
anak itu di Pulau Majorca dekat Spanyol melahirkan Prelude Op.28, sebuah
siklus lagu kecil yang paling penting dalam karyanya.
Peter Ilyich Tchaikovsky (1840-1893)
Tchaikovsky belajar musik pada Anton Rubenstein di Konservatorium
St. Petersberg dan lawan Mily Balakirev, pemimpin aliran nasionalis Rusia.
Oposisi Rubenstein mencerminkan oposisi Brahms kepada Franz Liszt dan Richard
Wagner. Pengaruh Rubenstein sangat kuat pada musik Tchainovsky. Meski begitu,
Balakirev tertarik pada bakat Tchainovsky saat bertemu pada 1867. Balakirev
berhasil mendorong sikap nasionalis Tchainovsky dan terlihat dalam tiga opera
buatan 1869-1870 dan Simfoni No. 2. Sedangkan pengaruh Liszt, Berlioz
dan Balakirev tampak pada “overtura fantasi” berjudul “Romeo dan Juliet”.
Igor Stravinsky (1882-1971)
Igor Fyodorocivh Stravinsky merupakan komponis Rusia yang sukses di
Amerika dan menjadi sosok penting dalam masa neo-klasik. Gaya neo-klasik
seperti Simfoni dalam C pernah dimainkan bersama Orkes Simfoni Chicago
pada musim gugur 1940. Opera terbesarnya The Rake’s Progress
diselesaikan pada April 1951 setelah tiga tahun masa pembuatan. Opera
berdasarkan cerita lukisan pelukis Inggris William Hogarth ini dibentuk dengan
aria-aria, diiringi harsikor dan orkes, tapi tidak mengikuti tradisi opera
Wagner, Verdi, Strauss, Puccini dan sahabat lamanya Claude Debussy, sosok
paling penting dalam perkembangan musik impresionis dan simbolis pada awal abad
ke-20.
Arnold Schoenberg (1874-1951)
Lelaki Yahudi kelahiran Bratislava, Slovakia, 13 September 1874 ini
mengalami hidup getir saat Hitler menguasai Jerman. Setelah dipecat dari
Akademi Kesenian Prussia, 1 Maret 1933, ia mendapat suaka politik di Amerika.
Pada awal kariernya Schoenberg condong ke bentuk kromatisisme tanpa resolusi
dan kontrapung yang kompleks. Namun pada awal 1990-an ia beralih ke bentuk
ekspresionis dan kembali beralih ke bentuk klasik dan barok pada 1920-an.
Bentuk ini yang melahirkan istilah neo-klasik Schoenberg seperti terlihat dalam
Serenade untuk Tujuh Instrumen Op.24.
Bond, Vanessa Mae, Hilary Hahn (pertengahan 1990-an)
Mereka bukan komponis, tapi anak-anak muda jebolan sekolah musik
yang menawarkan gejala baru memanggungkan musik klasik. Bond terdiri dari
Haylie Ecker, Eos Chater, Tania Davis dan Gay-Yee Westerhoff, yang berdiri pada
Agustus 2000. Mereka memainkan alat gesek, baik yang elektrik maupun akustik,
dalam suasana ceria dan memadukan instrumen klasik dengan gaya pop. Komposisi
klasik 1812 karya Tchaikovsky dan Viva! Karya Vivaldi ditampilkan dalam
nuansa pop kental. Begitu pula Vanessa Mae, violis yang memasukkan Toccata
dan Fugue in D Minor karya J.S. Bach dalam album The Violin Player
(1995).