Kehadiran
kelompok Musik Religi Akulturatif Ki Ageng Ganjur tidak lepas dari usaha dan
kerja keras Al-Zastrouw Ng., ketika masih menjadi aktifis mahasiswa di Kampus
Putih IAIN Sunan Kalijaga (sekarang menjadi UIN Sunan Kalijaga). Dengan
kegigihannya mengumpulkan sahabat-sahabatnya yang konsens dan bergelut di
bidang seni musik serta saran dan bimbingan dari KH. Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) maka terbentuklah kelompok atau komunitas musik tersebut, sebagaimana yang
ditulis dalam sejarah pembentukan Ki Ageng Ganjur dalam artikel lain di blog
ini.
Di
sela-sela kesibukannya sebagai pendamping Gus Dur, dan juga kewajibannya
sebagai seorang mahasiswa Pasca Sarjana Sosiologi di Universitas Indonesia, Al-Zastrouw
pelan tapi pasti mulai memperkenalkan kelompok musiknya ke dunia pesantren dan
komunitas NU lainnya dalam berbagai acara dan kesempatan.
Pengalamannya
yang luas di bidang organisasi kemahasiswaan serta kuatnya jaringan sosial yang
telah dibangunnya sejak menjadi aktifis ditambah lagi kedekatan serta
kebersamaannya dengan Gus Dur semakin memperluas wawasan serta pertemanannya
dengan banyak orang dan banyak tokoh dari berbagai kalangan. Hal itu semakin
membantunya dalam upaya merintis perjuangan dan penyadaran serta pemberdayaan
masyarakat (khususnya dunia pesantren) melalui jalur kebudayaan.
Berkat
kesabaran dan kerja keras tokoh muda NU yang lahir di Pati, 27 Agustus 1966
inilah Ki Ageng Ganjur mulai mengepakkan sayapnya di kalangan para kyai, ulama
dan tokoh masyarakat sebagai kelompok musik yang mengusung nilai-nilai tradisi
lokal dan pluralisme serta dipadukan dengan kemasan-kemasan modern yang
disesuaikan dengan selera masyarakat. Melalui jalur musik dan kebudayaan inilah
Al-Zastrouw terus menyuarakan pemikiran dan gagasan-gagasannya tanpa harus
terikat dengan status sosial secara formal ataupun jabatan struktural baik di organisasi
politik maupun di pemerintahan.
Saat
ini, selain sebagai Pimpinan Ki Ageng Ganjur, yang sekarang tugas dan fungsi
lebih banyak diserahkan kepada istrinya, Arifah Ch. Fauzi,ayah dari empat orang
anak ini juga diberi amanat sebagai Ketua Umum PP Lesbumi NU untuk periode yang
kedua kalinya, sebagai wujud penghormatan dan pengakuan terhadap kiprah dan
dedikasinya dalam bidang kebudayaan dan pemberdayaan masyarakat pesantren yang
diyakininya sebagai pusat pembinaan dan pengembangan serta pelestarian budaya
tradisi lokal masyarakat Indonesia yang agamis dan toleran.
Selain
aktif di bidang kebudayaan, Al-Zastrouw juga dikenal sebagai tokoh muda NU penyambung
silaturrahmi antar kyai, tokoh agama dan tokoh masyarakat, sebagaimana yang dulu
dilakukan Gus Dur, yang aktif di berbagai forum intelektual, seminar dan
diskusi, bahkan tidak jarang beliau masih menyempatkan waktu untuk berdiskusi
dan mengisi berbagai acara mahasiswa di kampus, selain kesibukannya sebagai
salah satu tenaga pengajar lepas di Program Pasca Sarjana Sosiologi di
Universitas Indonesia. Banyak tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media dan journal, salah satu buku terlarisnya adalah "Gus Dur Siapa Sih Sampeyan?" yang menjadi semacam rujukan banyak orang untuk lebih memahami gagasan-gagasan Gus Dur dan sosok yang dianggap kontroversial tersebut.