Ini sih sebenarnya cerita lama dan persoalan klasik di Ki Ageng Ganjur sejak dulu hingga sekarang, tetapi tetap sulit dicarikan solusinya. Persoalan mencari pengganti vocalis (penyanyi) di group manapun merupakan persoalan yang tidak gampang karena berkaitan dengan hubungan personal dan keharmonisan dalam group tersebut. Vocalis terdahulu biasanya sudah menciptakan atau membuat standard atau bahkan karakter tertentu untuk group musik tersebut, sehingga jikapun harus berganti personil, khususnya vocalis, maka sebisa mungkin mencari penyanyi yang sedikit mirip atau mendekati jika memang belum bisa menyamai atau melebihi kemampuan dan karakter vocalis yang berhenti atau akan digantikan tersebut.
Hal yang sama juga pernah dialami kelompok musik religi akulturatif Ki Ageng Ganjur Yogyakarta ketika harus mencari pengganti vocalis lama yang kebetulan sudah mulai termakan usia, atau dalam bahasa kerennya sebagai upaya regenerasi dari para pendahulu ke generasi berikutnya yang lebih muda dan lebih segar. Sulitnya minta ampun deh, karena dari segi lagu, karya-karya Ki Ageng Ganjur kurang begitu familier di telingan para penyanyi pada umumnya, karena perbedaan genre musik yang dipilih oleh Ki Ageng Ganjur dengan aliran musik yang berkembang pada umumnya. Selain itu, calon vocalis yang diharapkan Ki Ageng Ganjur paling tidak sedikit all-round dari segi aliran musik, entah itu pop, dangdut, campursari, terlebih lagi lagu-lagu religi sebagai basic utama lagu-lagu Ki Ageng Ganjur. Kriteria yang diharapkan tentu paling tidak bisa melafalkan bacaan atau syair berbahasa arab secara baik dan benar jika tidak memungkinkan secara fasih dan sesuai makhraj dan tajwidnya. Sulitnya memenuhi kriteria tersebutlah yang menyebabkan proses pencarian penyanyi pengganti di Ki Ageng Ganjur mencari lebih ruwet dan rumit, karena jarang ada yang bisa memenuhi seluruh kriteria yang diigninkan.
Baru setelah dalam kurun waktu yang agak lama dan melalui berbagai macam percobaan gonta-ganti penyanyi, mulai ada sedikit harapan vocalis yang diinginkan dan diharapkan bisa menyatu dengan kelompok. Tapi, keharusan mencari pengganti alternatif itu sebenarnya senantiasa dibutuhkan mengingat vocalis Ki Ageng Ganjur itu perempuan, yang suatu saat pada masanya akan menikah, ikut suami atau akan hamil untuk meneruskan atau membuktikan kodrat kewanitaannya. Hal itu juga pernah terjadi. Ketika sang vocalis sudah bersuami, belum tentu si suami akan terus setuju dengan profesinya sebagai penyanyi di Ki Ageng Ganjur. Terpaksa kita harus mencari pengganti lagi. Atau jikapun tetap diizinkan atau dibolehkan terus bergabung dengan Ki Ageng Ganjur, toh suatu saat pasti ada masa untuk istirahat atau cuti, ketika hamil dan melahirkan misalnya. Hal itu juga pernah terjadi. Atau ketika vocalis kita masih kuliah dan terpaksa harus izin karena tidak bisa meninggalkan ujian, ya terpaksa kita harus berusaha mencari pengganti sementara, karena kita juga menyadari kalau kuliah mungkin masih berani sedikit mbolos (berdasarkan pengalaman hampir semua personil Ki Ageng Ganjur) tapi kalau namanya ujian, apalagi dosennya tergolong killer, ya terpaksa deh kita harus mencari pengganti sementara.
Nah, kesulitannya disitu tadi, hampir semua penyanyi (termasuk juga musisi) yang beredar di pasaran tidak begitu familier dengan lagu-lagu Ki Ageng Ganjur, dan mereka pada umumnya cenderung sudah terklasifikasi pada aliran musik tertentu, atau paling banyak menguasai satu-dua aliran musik yang berbeda, misalnya para penyanyi dangdut, pop, campursari, keroncong, kasidah atau shalawatan dan sebagainya, jarang sekali yang bisa all-round karena job mereka di pasaran memang seperti itu. Biasanya kalau basicnya dangdut, agak susah diharapkan bisa cepat menguasai lagu-lagu pop atau lagu-lagu sholawat. Demikian juga sebaliknya, jika penyanyi itu terbiasa bawain lagu-lagu pop, cenderung minim koleksi lagu-lagu dangdut apalagi sholawatannya. Ada yang biasa sholawatan, biasanya koleksi dangdutnya sangat sedikit apalagi lagu-lagu pop. Terlebih lagi penguasaan lagu-lagu ala Ki Ageng Ganjur. Jangankan bagi mereka yang cuma terbiasa nyanyi pop atau dangdut, yang sudah biasa sholawatan aja tetap kesulitan karena lagu dan nadanya berbeda dengan lagu pada umumnya karena digarap ulang oleh Ki Ageng Ganjur. Demikian juga dengan lagu-lagu dangdut dan pop religi, biasanya sudah diarransemen ulang dengan gamelan yang dimiliki sehingga nada dasarnya terbatas sesuai gamelan yang ada. Dan jika penyanyi tidak kuat atau tidak sesuai nada dasarnya akan sangat kesulitan merubahnya karena berkaitan dengan keterbatasan nada-nada di gamelan. Tidak seperti lagu-lagu aslinya, jika tidak pas tinggal merubah nada dasarnya disesuaikan dengan vocal penyanyi...beres. Di Ganjur, tidak semudah itu, karena berkaitan dengan arransemen ulang yang diolah pake gamelan...jika tidak ya terpaksa seperti lagu aslinya.
Hal semacam itu tidak hanya berlaku untuk lagu-lagu karya Ki Ageng Ganjur saja, tetapi hampir untuk semua lagu, baik sholawat, pop religi ataupun lagu dangdut. Permasalahan inilah yang seringkali menjadi kendala untuk penyanyi (apalagi musisi) pengganti untuk bisa langsung nyetel dengan kita. Inilah alasan utama dan alasan sebenarnya kebanyakan penyanyi pengganti yang akan kita ajak, apalagi jika diajak secara mendadak, dalam arti tidak jauh-jauh hari sebelumnya, kebanyakan menolak atau keberatan, hanya saja seringkali alasan yang disampaikan adalah alasan lain, seperti sudah ada job lain, atau nggak enak khawatir salah kostum atau salah aksi di panggung dan berbagai macam alasan sepele lainnya. Memang ada juga sih alasan lain yang kadang juga lucu, seperti nggak enak hati karena biasanya nyanyi pake kostum agak gimana gitu....kok sekarang ikut-ikutan pentas berbau religi...he he he....nanti gimana kalau aku harus ngejob seperti biasa lagi?
Itu baru kesulitan jika kita mencari penyanyi pengganti....apalagi jika kita mau mencari penyanyi untuk diproyeksikan menjadi penyanyi tetap. Pertimbangan internnya lebih banyak lagi, sebagaimana kriteria yang telah dipaparkan sebelumnya. Sedangkan dari sisi si calon penyanyi, mereka kadang minder duluan karena khawatir tidak bisa all-round seperti yang diharapkan tadi, padahal kita tidak serta merta mengharapkan mereka bisa langsung all-round, tetapi paling tidak, tidak anti terhadap aliran musik tertentu, masalah kemampuan all-round bisa diolah sambil jalan melalui proses latihan jika memang memiliki dasar kemampuan yang mencukupi.
Ada juga yang minder karena melihat atau mengetahui sekilas Ki Ageng Ganjur selama ini pentasnya kebanyakan bersama artis-artis ibukota jadi merasa belum siap secara mental, atau grogi jika diajak manggung bareng mereka. Jangan-jangan kalau ikut mereka nanti dicuekin atau malah dikasih lagu-lagu yang sulit dan tidak terkenal.
Asumsi-asumsi semacam itulah yang akhirnya mempersulit posisi kita untuk mencari penyanyi pengganti, padahal sebenarnya kita juga menyadari dan memahami kebiasaan mereka dan akan berusaha mengkompromikan bentuk kemasan pementasan kita, asalkan juga ada toleransi dan kesadaran pada diri mereka untuk sedikit kompromi juga dengan kebiasaan dan misi pementasan yang kita bawa. Toh pada akhirnya proses yang akan menentukan seberapa kuat dan seberapa cepat kita bisa saling beradaptasi tanpa harus kehilangan jati diri kita masing-masing.
Entah sampai kapan problematika ini akan terus berlangsung...karena persoalan semacam ini lambat-laun pasti akan terjadi sebagai sebuah hukum alam masalah proses regenerasi dan kaderisasi sebagai wujud nyata keterbatasan kita sebagai manusia, baik dari segi umur, kemampuan maupun hal-hal yang bersifat kodrati dan manusiawi.
Harapan kami, dari postingan yang sekedar berbagi cerita dan pengalaman ini, siapa tahu ada usul dan saran serta masukin bagi kami untuk perbaikan atau malah ada yang berminat dan tertarik untuk belajar dan ikut bergabung dengan kami terutama para calon penyanyi dan para penyanyi yang sudah banyak berkiprah di dunia hiburan, tetapi tertarik dan berminat untuk menambah pengalaman yang berbeda dari kebiasaan selama ini. Semoga curhat kami ini tidak dipandang sebagai sebuah keluh kesah tanpa makna belaka, melainkan sebagai upaya share demi kebaikan kami khususnya dan berbagi pengalaman bagi yang lain jika memang dianggap ada manfaat untuk orang lain.