Perjalanan pementasan dan
aktifitas Ki Ageng Ganjur hampir mencapai titik terendah selama tahun 2005,
karena hampir sepanjang tahun, tidak ada aktifitas atau acara besar yang
diikuti oleh Ki Ageng Ganjur. Hal ini sedikit banyaknya sebagai imbas dari
bencana tsunami yang melanda Aceh yang mengakibatkan seluruh perhatian dan
upaya diutamakan untuk penanganan dan penanggulangan bencana dahsyat tersebut,
sehingga hampir seluruh aktifitas hiburan dan kemeriahan berbagai bagai acara
jadi terkikis atau sengaja ditiadakan sebagai wujud keprihatinan bangsa atas
musibah tersebut.
Satu-satunya acara besar yang
melibatkan Ki Ageng Ganjur di tahun 2005 ini adalah Pentas dalam rangka Hari
Kebebasan Berekspresi Seniman Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal 17 Juli
2005 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Selebihnya, aktifitas pementasan Ki Ageng
Ganjur hanya bersifat lokal dan terkadang berbentuk miniatur alias tidak
melibatkan anggota secara keseluruhan.
Tahun
2005 benar-benar merupakan tahun keprihatinan, tidak hanya bagi bangsa
Indonesia karena musibah tsunami dan berbagai persoalan lain yang mengikutinya,
tetapi juga bagi komunitas Ki Ageng Ganjur, yang hampir sepanjang tahun tidak
ada aktifitas pementasan sehingga hampir mengakibatkan frustasi dan
keputusasaan, sebagai imbas dari kondisi bangsa secara keseluruhan.
Ibarat sebuah kapal, Ki Ageng Ganjur hampir ikut karam karena imbas musibah tsunami tersebut, hanya keteguhan hati dan kebersamaan serta kesabaran dan keinginan untuk bertahan hiduplah yang mampu menyelamatkan mereka hingga bisa bangkit kembali untuk terus bertahan dan berkarya melanjutkan aktifitas dan misi mereka berkesenian.